FIRST
Henri maclaine pont
atau Henri MP adalah arsitektur belanda yang lahir di Jatinegara pada tanggal
21 Juni 1885 dan merupakan anak ke empat dari tujuh bersaudara. Merupakan arsitek
berdarah campuran belanda-indonesia, hal itu bias diketahudari teks-teks
tentangnya yang menyatakan bahwa dari pihak Ibu mengalir darah Maluku.
Pada jaman penjajahan
colonial belada dulu, kebanyakan bersekolah rendah di jawa dan ekspatriasi ke
belanda supaya bias melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, begitu
pula dengan hendri Maclaine Pont/Henri MP, karena pada jaman itu belum ada
perguruan tinggi di Indonesia sendiri.
Istri dari Henri
maclaine pont juga Keturunan Indonesia, hal itu terjadi ketika Hendri MP
selesai dengan jenjang belajarnya di jurusan arsitektur di Delf, Belanda dan
menikah dengan Putri dari keluarga terpandang, seorang anak dari pengusaha
jalur transportasi kereta api di jawa dan melanjutkan kehidupannya di jawa
untuk mengadu nasib di daerah koloni seperti kebanyakan orang pada waktu itu.
Pada jaman Hendri MP
penjajahan dilakukan tidak dengan cara pertumpahan dara dengan hingar bingarnya
perang, melainkan dengan cara memasuki infrasrtuktur masyarakat, seperti
educatie/pendidikan, imigratie/imigrasi dan irigatie/irigasi, selain itu
penjajahan juga berkembang pada penanaman modal pada surat kabar dan penerbitan
buku serta memajukan pendidikan untuk pribumi. dan dari situlah pendidikan di Indonesia
mulai ada.
Henri MP dikenal
melalui teks-teks tentang dirinya yang mengkisahkan tentang seorang Arsitek
yang unggul dan peduli pada kultur lokal, karena Henry MP adalah Seorang
Arsitek yang mengangkat kultur lokal pada setiap hasil karyanya dan tidak
melulu mengikuti perkembangan Arsitek pada masanya.
BIOGRAFI HENRI
MACLAINE PONT
Henri Maclaine Pont
atau biasa disebut dengan Henri MP Merupakan seorang Arsitek berkebangsaan
belanda yang lahir di Indonesia, tepatnya di Meester cornelis (Jatinegara) pada
tanggal 21 Juni 1888 dan meninggal di Den Haag (Belanda) pada tanggal 2
Desember 1971 ketika beliau berumur 86 Tahun.
Beliau merupakan
Arsitek Populer pada jamannya (Hindia-Belanda), terjadi pada paruh pertama abad
ke-20. Beliau merupakan Arsitek Berdarah Indonesia-belanda, karena Ibu beliau
merupakan orang Indonesia dan Ayah beliau berdarah skotlandia, spanyol, dan Huguenot
(perancis).
Pada jaman
kolonialisasi kebanyakan keluarga belanda mengirim anaknya yang berusia sepuluh
tahun ke belanda untuk mengenyam pendidikan sampai universitas, dan hal itu
juga terjadi pada Henri MP, beliau mengenyam pendidikan di Indonesia Hanya
sampai usia sepuluh tahun saja dan
setelah itu beliau disekolahkan kebelanda untuk mengenyam pendidikan di belanda
sampai lulus universitas.
Henri MP
menyelesaikan tiga disertasi di bidang hukum seperti ayahnya Pieter Maclaine
Pont, lalu pada tahun 1904 atas saran ayahnya beliau masuk ke Technische Hoogeschool
de Delft, sekolah paling terkemuka di belanda dan mengambil jurusan
pertambangan, namun pindah setelah tahun pertama dan masuk jurusan Arsitektur
karena tidak tertari didunia pertambangan, beliau masuk jurusan Arsitektur pada
tahun 1905 dan mengenyam pendidikan hinggal lulus study pada tahun 1909.
Beliau kembali ke
Hindia-Belanda setelah lulus dan mendirikan firma perancangan bangunan, ketika
itu konsep bangunan Henri MP adalah memodifikasi gaya bangunan eropa untuk di
terapkan di Indonesia yang beriklom tropis lembap, bersuhu tinggi dan bercurah
hujan tinggi, namun hal itu berubah karena sebelum itu beliau pernah menangani
beberapa bangunan candi, terutama di trowulan, yang merubah konsep awalnya dan
menjadikan dia sebagai Arsitek yang memoderenisasikan konsep bangunan
tradisional lokal Indonesia dan dikenal dengan nama gaya Indisch. Dari gaya
inilah nama seorang Hendi Maclaine Pont disejajarkan dengan Thomas Karsten,
yang juga seorang Arsitek dan juga rekan kerja Henri MP sendiri.
Pada dasawarsa ke
tiga abad ke-20 Henri MP tertari pada Arsitektur Percandian Di jawa dan
memberikan sumbangan terbesarnya kepada Arkeologi Indonesia berupa
pendeskripsiannya mengenai konsep tata kota ibukota majapahit di trowulan dan
pembuatan draft bahwa trowulan pantas untuk menjadi ibukota kerajaan kono itu,
selain itu beliau juga mendirikan museum dan pusat penelitian arkeologi di
trowulan pada tahun 1925.
Ketika jepang menduduki
hindia belanda, Beliau sempat dimasukkan dalam kamp interniran di bandung
(cimahi) dan dikirim ke Australia pada awal tahun karena kondisi kesehatannya
memburuk. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia beliau sempat diminta untuk
menjadi guru besar di ITB, namun posisinya dihapuskan ketika beliau datang pada
tahun 1946, dan akhirnya beliau pindah kebelanda dan tinggang di den hag hingga
akhir hayatnya.
Beberapa rancangan yang
di buat oleh Henri MP yang masi berdiri samapai sekarang dan yang akan saya bahas disini antara lain
adalah Kompleks kampus ITB, Stasiun Tegal, Stasiun Poncol Semarang dan Gereja
Puhsarang Kediri.
PRINSIP BERARSITEKTUR
HENRI MACLAINE PONT
“ Arsitektur…..adalah
bagian dari kegiatan manusia dalam menciptakan sesuatu untuk dirinya agar
keluar dan menundukkan alam”
Demikianlah filsafat
Arsitektur yang selalu dipegang oleh henri mp sampai akhir hayatnya, Henri Maclaine
Pont Secara konsisten menekankan pendekatan terhadap budaya dan alam dimanapun
rancangannya diterapkan dan dibangun.
Henri MP memberikan
tekanan hampir pada setiap kesatuan, diantaranya adalah kesatuan bentuk,
fungsi, dan konstruksi, hal ini merupakan hal baru pada masanya karena
sebelumnya banyak karya-karya Arsitek yang menerapkan prinsip arsitektur modern
yang hanya memberikan tekanan pada bentuk dan fungsi saja, karena pada jaman
itu Arsitektur yang paling dominan adalah arsitektur modern dan hadirnya gaya
Arsitektur ciptaan Henri MP memberikan wajah baru bagi Arsitektur pada jaman
itu yang mengangkat kultur lokal sebagai perwujudan dari tradisi dalam
hubungannya dengan arsitektur.
Pada awal tahun 1911
di Indonesia, tepatnya di tegal, ketika menginjakkan kakinya ditanah Indonesia itu
beliau menyadari bahwa iklim di Indonesia sangat berbeda dengan di belanda (tempat
sebelumnya), selain iklim beliau banyak menyadari perbedaan kultur dan budaya,
antara lain adalah sinar matahari dan gaya hidup masyarakat menjadi perhatian utama
beliau sepanjang hidupnya. Setelah memberikan perhatian itu beliau
menerapkannya pada karya pertama beliau di Indonesia, yaitu berupa perusahaan
kereta api belanda di tegal (netherland-indische spoorweg maatschappij).
Pada awal tahun 1913,
Henri MP pindah kesemarang lalu mendirikan kantor dan sibuk dengan
proyek-proyeknya seperti pembangunan bangunan kereta api di purwokerto, pembangunan gudang-gudang gula di Cirebon,
cilacap, dan beberapa kantor pusat di tegal. Selain merancang bangunan, Henri
MP jugalah yang merencanakan pengembangan perkantoran di semarang selatan dan Surabaya.
Pemikiran
dan Konsep Berarsitektur Henri Maclaine Pont
Beberapa hal yang
membuat seorang Henri Maclaine Pont terkenal adalah karena beliau berbeda
dengan Arsitek-arsitek pada masanya yang hanya mengikuti aliran Berarsitektur
yang sedang “In”, karena beliau adalah Seorang Arsitek yang independent dalam
menentukan Prinsip-prinsip pada setiap bangunan yang dirancangnya dank arena itulah
hasil rancangan beliau tidak pernah lapuk dimakan waktu, karena beliau selalu
mencerminkan sikap “kebersahajaan” nya dengan cara mengangkat dan memadukan
kekuatan-kekuatan lokal berupa arsitektur, budaya, masyarakat dan alam, dan hal
ini lah yang membuat beliau berbeda karena beberapa poin itu kebanyakan
dilupakan dan ditinggalkan oleh para arsitek pada waktu itu.
Beliau memang bukan
Arsitek asli berdarah Indonesia, namun beliau tak pernah meninggalkan kultur
lokal pada rancangannya, selain itu beliau juga sangat memperhatikan tentang
iklim dimana bangunan itu akan didirikan, kondisi masyarakat seperti
adat-istiadat dan juga kepercayaan dari masyarakat setempat yang tinggal di
sekitar tempat bangunan yang dirancangnya itu berdiri.
Pada jaman Henri MP,
material yang digunakan oleh arsitek pada waktu itu kebanyakan adalah material mengimport
dan tidak menggunakan material yang ada, hal itu sangat berbenda dengan Henri
MP yang selalu menggunakan material lokal dalam pembangunan karya-karyanya,
selain itu beliau juga menggunakan buruh lokal, hal itu disebabkan karena
prinsip-prinsip beliau, sehingga juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam
melatih kemampuan dan keterampilan, selain itu juga karena bahan lokal lebih
murah dan lebih banyak tersedia sehingga, tidak mungkin kekurangan dan hasil
karya dan penerapan dari prinsip-prinsip berarsitektur beliau bias lebih
maksimal.
TEORI
BERARSITEKTUR HENRI MACLAINE PONT
Kaidah yang pernah dicetuskan/tampilpada
karya-karya beliau adalah sebagai berikut :
1.
Pendekatan
pada faktor budaya dan alam dimana dia membangun sehingga karya arsitektur
merupakan jawaban dari kebutuhan social.
2.
Pada
setiap karya Arsitektural harus dapat tercermin adanya hubungan yang logis
antara bangunan dengan lingkungannya.
3.
Menggali
budaya Arsitektur klasik, dikaji dan kemudian dipadukan dengan arsitektur
modern.
“ Falsafah adaptasi regionalism
yaitu adanya dialog antara tradisional dan modern. Struktur bangunan dapat
berkembang mengikuti teknik dan metode baru, namun ungkapan Arsitektural tetap
dalam semangat dan budaya lokal.
Pada jaman Henri MP,
kebanyakan Arsitektur pada waktu itu mengikuti aliran “purism” dan menggunakan
bentuk-bentuk berupa kubis, garis-garis, bidang bertikal dan lain sebagainya
karena aliran itulah yang sedang in melanda dunia seni arsitektur pada waktu
itu, namun berbeda dengan Henri MP karena beliau memiliki prinsip-prinsip
berarsitektur yang selalu diterapkan dalam setiap karyanya dan juga sebagai
ungkapan spiritual dari suatu kelompok masyarakat dilingkungan bangunan yang
dirancangnya dan oleh karena itu, gaya berarsitektur beliau harus memiliki
jawaban dari kebutuhan social masyarakat tersebut.
Bagi beliau,
sangatlah penting dalam berarsitektur terdapat hubungan logis antara bangunan
dengan lingkungan sekitarnya, hal itu diperlukan supaya kelak rancangannya bisa
menyatu dengan lingkungan sekitar dengan menerapkan prisip-prinsipnya dalam
mengangkat dan memperhatikan adat dan budaya setempat.
Inti dari teori Henri
MP pada keseluruhan adalah untuk mencoba selalu komunikatif dengan lingkungan
sekitarnya dengan mengangkat dan memperhatikan kondisi lingkungan lokal tanpa
meninggalkan fungsi utama beserta aspek-aspek dari bangunan tersebut.
Filsafah Arsitektur
yang selalu dipegang teguh oleh Henri Maclaine Pont dari awal kehidupannya
menjadi seorang Arsitek sampai akhir hayatnya adalah :
“Arsitektur….. adalah
bagian dari kegiatan manusiadalam menciptakan sesuatu untuk dirinya agar keluar
dan menundukkan alam.”
KARYA DAN PENERAPAN
PRINSIP BERARSITEKTUR HENRY MACLAINE PONT
1.
Ciri
karya Henri Maclaine Pont
Arsitektur hybrid,
mungkin itulah ciri utama dari karya Seorang Henri MP, yang memadukan unsur
dekorasi dan konstruksi tradisional dengan arsitektur colonial belanda/eropa
dengan menggunakan bahan material kayu dan bata.
Menurut istilah
bakhtin ( 1981:358 ), hibridisasi adalah perpaduan dua bahasa sosial dalam
pengucapan tunggal. Penyatuan dua kesadaran linguistik, yang dipisahkan jaman,
pembedaan sosial atau faktor lainnya. Dalam wacana kolonial, hibriditas mengacu
masalah representasi, individuasi kolonial, yang membalikkan dampak
penyangkalan kolonial sehingga pengetahuan lain yang selama ini disangkal, bisa
meresap ke dalam wacana dominan ( bhabha 1994 : 114 ).
Arti dari Arsitektur hybrid
sendiri pada dasarnya adalah mengangkat atau memberdayakan si terjajah dan
secara tidak langsung menganggap bahwa penjajahan kolonial pada waktu itu di
gambarkan tidak mampu dalam menghadapi pemberontakan, keambiguan dan kelemahan
wacana kolonial.
Desain ini lahir
karena Henri Maclaine Pont sendiri pada dasarnya tidak setuju dengan adalanya
penjajahan pada masa itu dan keinginan mengangkat derajat si terjajah dengan
cara lewat desain dan rancangannya yang terkesan memberontak dan menantang
dominasi identitas kolonial, dengan adanya hybrid ini telah memberikan tanda
bahwa produktifitas kekuasaan kolonial tidak lagi stabil dan tergeser
kekuasaannya karena tidak mampu dalam menghadapi pemberontakan yang ada.
2.
Makhluk
langka melogikakan bangunan jawa.
Sekilas dari kalimat
diatas mungkin akan susah dimengerti tanpa penjelasan yang tepat, oleh karena
itu disini saya jelaskan tentang kalimat itu.
Jika dibaca wacana
sebelumnya tentang upaya seorang Henri Maclaine Pont/Henri MP, yang notabenya
bukan seorang asli Indonesia namun memiliki keberanian dalam menjelajah
khasanah arsitektur asli Indonesia, dari sini jika kita bisa ambil kesimpulan,
seorang Henri MP itulah makhluk langka yang perlu dilestarikan, kenapa hal itu
bisa terjadi? Jawaban yang paling tepat yang bisa kita lihat sampai sekarang
bahwa sangat jarangnya seorang arsitek yang memiliki keinginan kuat untuk
seperti Beliau dalam merancang sebuah bangunan, hal ini tidaklah termasuk
sekedar meniru atap pendopo atau bali dengan tipologi bale-nya.
Bentuk atap tradisional
yang beragam di Indonesia, system konstruksi kayu yang rumit dan tipologi
bangunan lokal dirancang ulang oleh Henri MP secara kreatif hingga menjadi
lebih canggih dalam tanggap lingkungan, lebih modern, efisien dan tropis tanpa
meninggalkan unsur lokal, melainkan mengangkatnya, karena bagi seorang Henri
Maclaine Pont “Arsitektur adalah lingkungan yang diciptakan manusia untuk dirinya
dari alam. Untuk menciptakan kondisi…yang memungkinkan sikapnya pada kehidupan.
Untuk menghasilkan suasana yang diinginkan dan memenuhi kebutuhan status,” sebuah
interprestasi puitis arsitektur modern.